


aldo, rossie, dan jackie adalah satu keluarga. aldo dan rossie, ayah dan ibu. sedang jackie adalah anak. mereka bertiga golden retriver asli. keturunan anjing cerdas dengan bulu berwarna varian coklat yang berkilau. siapapun pasti setuju anjing jenis golden memang menggemaskan.
golden retriver adalah jenis anjing besar dan lincah. biasanya mereka tidak terlalu merepotkan. tapi yang namanya memelihara hewan, dibutuhkan kedisiplinan, komitmen, perhatian, dan cinta. satu ekor saja membutuhkan banyak energi, apalagi sampai tiga.
mungkin karena kerepotan itu pulalah si majikan menitipkan aldo dan keluarganya pada tetangga. lalu ia pindah entah kemana. tetangga yang dititipkan aldo dan keluarganya adalah sebuah keluarga dengan pekerjaan yang tidak tetap. rumah merekapun tidak cukup besar untuk tiga ekor golden. jadilah, aldo dan keluarganya ditempatkan di pinggir lapangan di sekitar rumah majikan barunya.
mereka berkeliaran begitu saja. tidak punya tempat berteduh. makan hanya bila majikan ingat saja. tidak pernah mandi dan berpenyakit kulit. sudah sejak setahun yang lalu bu Yulia memperhatikan aldo, rossie, dan jackie. mulai mereka masih terlihat sehat, hingga semakin lama semakin menyedihkan kondisinya. ia ingin sekali membawa pulang mereka bertiga. tapi para tetangga melarang dan memberitahu bahwa aldo ada yang punya. bu yulia sedikit gentar, karena tidak hanya pengangguran, pemilik aldo juga dikenal sebagai preman kampung. bu Yulia kemudian berinisiatif memberikan makanan pada anjing-anjing itu. ia melakukannya pada malam hari, khawatir si preman pengangguran itu tersinggung.
namun, kondisi aldo semakin membuat bu yulia tidak bisa menahan diri. ia tinggal kulit pembungkus tulang. kakinya gemetar, susah payah menahan tubuh. nekat, bu yulia membawa ketiga anjing itu lari menggunakan bajaj. si preman sialan itu mengejar ke rumahnya dan meminta bu yulia menebus aldo dan keluarga. dia minta berapa, bu? tanyaku. bu yulia terkekeh. tenang saja, saya tidak sampai jual tanah kok, jawabnya.
tapi buat apa anjing yang sakit?, tanyaku penasaran. inilah jawaban bu yulia, hewan seperti apapun kondisinya…tua, terluka parah, kelaparan, mereka punya hak untuk hidup. selama kita masih bisa melakukan sesuatu, kita harus menyelamatkan mereka. semisal pada akhirnya mereka mati, kita tidak akan pernah menyesal, karena kita sempat menyelamatkan mereka. kalau mereka sembuh dan sehat nantinya, mereka akan memberikan cinta pada kita sebagai tanda terimakasih.
wow!
sebulan tinggal bersama bu yulia, aldo dan keluarganya perlahan-lahan pulih. penyakit kulit aldo mulai sembuh. ia juga semakin gemuk. bulu-bulu coklat mereka mulai tumbuh kembali dan berkilau. aldo, rossie, dan jackie menjadi sangat manja pada bu yulia.
aku sudah seringkali melihat film yang bercerita bagaimana hewan peliharaan memberikan cinta pada majikannya, bahkan ada yang menyelamatkan nyawa majikannya. tapi mendengar langsung kisahnya, ternyata membuat merinding dan terharu.
selama 2 tahun ini usaha konveksi bu yulia mandeg. begitu aldo, rossie, dan jackie tinggal di rumahnya, tiba-tiba saja bu yulia kebanjiran order. kalau kamu bantu mahluk lain, percaya deh Tuhan pasti bantu kamu, kata bu yulia.
bu yulia kemudian menghubungi sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di domestic animal welfare. ia ingin aldo dan keluarganya diadopsi. ia sadar, dia tidak boleh egois. meskipun ia berhasil menyelamatkan, aldo dan keluarganya membutuhkan tempat yang lebih baik dari rumahnya. “rumah saya panas, lagipula golden retriver itu butuh tempat yang lebih luas. mereka lebih baik diadopsi. meski saya sedih, tapi ini yang terbaik untuk mereka,” jawab bu yulia dengan mata berkaca-kaca.
Dulu, geliat industri perfilman menciptakan beberapa lapangan pekerjaan dan menghidupi banyak orang. Kini, lapangan pekerjaan itu menuju kepunahan. Perkembangan teknologi mengubah dunia, hidup, bahkan nasib.
Muhadi masih mengingat dengan baik, ketika muda ia dan temannya berbondong-bondong ke kampung tetangga hanya untuk menonton layar tancap. kunjungan ke kampung tetangga itu tidak jarang berbuah cinta. pernah juga pria 65 tahun ini harus menggendong si kecilnya sepanjang film diputar. semua karena layar tancap. namun, apa kabar layar tancap hari ini?
emangnya masih ada? begitu tanya temanku, ketika aku sampaikan niatku untuk mengangkat nasib layar tancap. aku menemukan satu kelompok layar tancap di salah satu sudut pinggiran kota Depok.
Rispa Ardirosa mewarisi usaha layar tancap dari ayahnya. Rol film yang menurutnya begitu memikat, membuatnya mantap meneruskan usaha langka ini. menurutnya, di Depok sendiri tidak sampai 10 kelompok usaha layar tancap yang masih bertahan.
Rispa menyalahkan televisi atas surutnya minat masyarakat menonton layar tancap. film-film di bioskop-terutama film Indonesia, bisa ditonton di televisi hanya dalam waktu 3 bulan.
mau tidak mau Rispa harus melakukan banyak penyesuaian, mulai dari harga, teknologi, hingga service pada pelanggan. ia optimis dengan penyesuaian ini ia mampu bertahan. paling tidak melayani pelanggan yang ingin bernostalgia seperti Muhadi.
menurut Tirta, pekerjaan pelukis poster film berada di struktur paling bawah dunia perfilman. manisnya kebangkita film indonesia tidak mereka rasakan. milyaran rupiah yang beredar di industri ini hanya dirasakan para produser dan pemilik perusahaan film.
Tirta bukannya tidak berusaha. ia sudah berkali-kali meminta agar perusahaan film memperbaiki honor mereka. namun, berkali-kali pula ia ditolak. teknologi membuat ia dan teman-temannya kehilangan daya tawar. Tirta merasa sedih luar biasa setiap kali melihat bioskop-bioskop tua yang masih memutar film lama dan memajang poster film yang dilukis. "pekerjaan ini sebentar lagi akan punah," katanya murung.
sejak beberapa tahun yang lalu, Tirta memang sudah melihat gelagat usahanya yang akan gulung tikar. iapun sudah mempersiapkan mengalihkan usahanya ke digital printing. bagaimana dengan teman pelukis poster yang lain? ya, terpaksa usaha masing-masing, katanya miris...
*postingan yang terlambat* tapi "Melawan Jaman" telah tayang di Refleksi DAAITV pada Selasa, 1 Juni 2010 pukul 20.30 wib
sindroma Down atau Down syndrome merupakan kelainan pada kromosom 21. kromosom ini gagal memisahkan diri sewaktu pembelahan. manusia memiliki kromosom 23 pasang dan berjumlah 46, maka pada anak sindroma down jumlahnya 47. akibatnya, tinggi badan anak akan relatif pendek, hidung datar, mata sipit yang jaraknya berjauhan, jari-jari pendek, serta keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental.
Isya sempat bertanya-tanya mengapa Tuhan memberikan Revi padanya. apalagi ketika masih bayi, dokter mengatakan padanya bahwa Revi tidak akan bisa mandiri, bahkan memegang sisir dan pensilpun tidak bisa. pada waktu Revi berusia 3 tahun, Isya bergabung dengan Ikatan Sindroma Down Indonesia. komunitas ini membuat Isya tersadar bahwa anak-bagaimanapun kondisinya tetap punya nilai. ia mulai memasukkan Revi ke SLB C Dian Grahita.
Ika dan Isyapun membuat satu keputusan besar dalam hidup mereka. bahwa, sepenuhnya hidup mereka, 24 jam mereka, akan diperuntukkan bagi keluarga, terutama pengasuhan anak-anak mereka yang sindroma down. aku tidak bisa membayangkan mereka melupakan semua mimpi ketika muda dulu. mungkin mereka punya mimpi ingin menghasilkan uang sendiri. mimpi ingin punya banyak waktu bergaul. Bahkan mungkin mimpi untuk sekolah lagisemua energi untuk meraih mimpi-mimpi itu, kini dialihkan untuk mendampingi anak. setiap hari mulai jam 04.30, Ika sudah mondar-mandir di dapur menyiapkan diet buah dan sayur untuk Janet. pada tahun 2009, Janet divonis kanker kelenjar getah bening. sejak itu, Janet diet buah dan sayur dengan ketat. sedang Isya, diusianya ke-57 harus mengantar Revi kemana-mana dengan sepeda motor.
pernah mengeluh?
pantang mengeluh, kata mereka. anak sindroma down meskipun lambat, setiap hari mereka membuat kemajuan-kemajuan. hal inilah yang selalu menjadi pecut semangat para ibu tangguh ini. apalagi anak-anak mereka adalah anak-anak yang berprestasi. Revi meraih medali perunggu pada Special Olympic Australia pada tahun 2009 untuk renang
jika suatu saat sempat mampir ke SLB C Dian Grahita, kamu bisa lihat sebagian anak diantar oleh pengasuh. menurut Ika dan Isya, anak yang kerap didampingi orangtua mengalami perkembangan lebih pesat dibanding anak yang didampingi pengasuh. anak yang didampingi oleh pengasuh yang penuh kasih sayang, perkembangannya akan lebih baik dibanding pengasuh yang asal menjaga saja. asal anak jangan jatuh dan makan tepat waktu. intinya, anak sindroma down hanya butuh kasih sayang.
bagaimana masyarakat memandang anak sindroma down menjadi persoalan besar. orang-orang sering memandang aneh kepada mereka. apalagi ketika anak sindroma down beranjak remaja, jarang sekali ada remaja yang mau berteman dengan mereka. padahal mereka sama saja dengan anak-anak yang lain, punya nilai dan ingin diterima di masyarakat. bagi orangtua, mereka adalah permata, cahaya kehidupan, yang paling cantik, yang paling tampan, yang paling pintar, dan yang paling dicinta. belajarlah kita menghargai itu.Janet dan Revi bukan anak sindroma down pertama yang aku kenal. beberapa kali aku berkesempatan bertemua anak sindroma down lain dan menghadiri acara ISDI. aku punya pendapat yang pasti aku selalu sampaikan bila ada orang yang membahas tentang sindroma down. anak sindroma down adalah anak-anak yang periang, ramah, disiplin, dan patuh.
kemudian berdirilah aku bercermin pada Ika dan Isya. betapa aku terlalu banyak mengeluh. aku lupa memompa semangatku. aku tidak punya banyak waktu untuk anakku. aku kurang memperhatikan detail perkembangannya. dan sekali lagi aku terlalu banyak mengeluh.
ok. it's time to change myself.
one...two...three...go! (Janet Wilson Tjokro)
"AKU TETAP CINTA" tayang di REFLEKSI DAAI TV, pada Selasa, 25 Mei 2010 pukul 20.30 wib dan Rabu, 26 Mei 2010 pukul 08.30 wib